Oleh : Dedi Kurniawan )*
Pemerintah berkomitmen untuk memastikan program Makan Bergizi Gratis (MBG) berjalan sesuai dengan standar porsi dan kualitas yang telah ditetapkan. Langkah ini diambil guna meningkatkan kualitas gizi masyarakat, khususnya anak-anak sekolah, dengan melibatkan pengawasan ketat dari berbagai pihak, termasuk lembaga independen yang akan menilai dan mengawasi pelaksanaan program ini secara objektif.
Selain itu, pemerintah juga menargetkan program ini berjalan secara transparan dan akuntabel, sehingga semua pihak dapat ikut mengawal pelaksanaannya. Dengan begitu, anggaran yang telah dialokasikan dapat digunakan dengan tepat dan sesuai sasaran. Pengawasan yang ketat juga dilakukan untuk memastikan tidak ada celah bagi praktik-praktik yang dapat merugikan masyarakat. Keberhasilan program ini akan menjadi pijakan penting dalam pembangunan kesehatan nasional yang berkelanjutan.
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menegaskan bahwa makanan yang diproduksi melalui Stasiun Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) akan melewati proses akreditasi khusus yang dilakukan oleh lembaga independen. Hal ini bertujuan untuk menjamin kualitas layanan dan memastikan bahwa makanan yang disajikan memenuhi standar gizi yang telah ditetapkan.
Akreditasi tersebut akan dilakukan setelah program MBG mencapai skala maksimal, yakni pada 2.000 SPPG yang melayani sekitar enam juta penerima manfaat. Proses akreditasi akan dilaksanakan setelah program berjalan hingga Agustus, selama tidak ada penambahan jumlah SPPG. Akreditasi ini juga diharapkan dapat meningkatkan transparansi serta mendorong setiap SPPG untuk terus memperbaiki dan meningkatkan layanan mereka agar sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
Selain itu, Pakar Gizi dari BGN Ikeu Tanziha mengungkapkan bahwa menu MBG selama bulan Ramadan 2025 akan disesuaikan dengan kebutuhan konsumsi masyarakat saat berpuasa. Roti, telur, sereal, dan buah kurma akan menjadi pilihan utama menu untuk memastikan kecukupan gizi tetap terjaga. Standar gizi tetap mengikuti pedoman yang telah ditetapkan, dengan pembagian porsi yang disesuaikan berdasarkan jenjang pendidikan.
Anak-anak pada tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga kelas tiga Sekolah Dasar akan mendapatkan asupan yang mencakup 20 hingga 25 persen dari angka kecukupan gizi harian, sedangkan untuk pelajar kelas empat Sekolah Dasar hingga tingkat Sekolah Menengah Atas, porsi gizi akan mencakup 30 hingga 35 persen dari kebutuhan harian mereka. Dengan perhitungan yang matang ini, diharapkan setiap anak dapat menerima asupan gizi yang cukup sesuai dengan usia dan tingkat aktivitas mereka.
Untuk menjaga keamanan pangan selama Ramadan, menu MBG dirancang dalam bentuk makanan kering guna menghindari risiko makanan basi akibat penyimpanan dalam jangka waktu lama. Makanan yang dibiarkan lebih dari sebelas jam berpotensi mengalami penurunan kualitas dan keamanan. Oleh karena itu, keputusan untuk menyediakan makanan kering diambil sebagai langkah preventif.
Selain itu, pemilihan bahan makanan juga menjadi perhatian utama dalam penyusunan menu. Penggunaan bahan-bahan alami tanpa pengawet buatan diutamakan guna memastikan bahwa makanan tetap sehat dan aman dikonsumsi. Meski demikian, SPPG tetap diberikan ruang untuk berinovasi dalam penyusunan menu, asalkan tetap memenuhi standar kualitas, keamanan, dan gizi yang telah ditetapkan. Kreativitas dalam menyusun menu ini juga diharapkan dapat meningkatkan daya tarik makanan bagi anak-anak, sehingga mereka lebih antusias dalam mengonsumsi makanan bergizi.
Dukungan terhadap program ini datang dari berbagai pihak, termasuk Wakil Ketua MPR RI Edhie Baskoro Yudhoyono. Ia menilai bahwa MBG merupakan langkah konkret dalam menciptakan generasi sehat dan cerdas sejak dini. Keberhasilan program ini sangat bergantung pada ketepatan sasaran dan kualitas pelaksanaannya.
Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya keterlibatan para dokter, ahli gizi, serta influencer dalam mengawal program ini agar data penerima manfaat tetap valid dan akurat. Langkah ini juga dianggap penting untuk memastikan anggaran yang dialokasikan dapat digunakan secara optimal dan distribusi makanan dapat menjangkau penerima manfaat yang tepat. Peran tenaga medis dan ahli gizi sangat dibutuhkan dalam memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya gizi seimbang serta dampak jangka panjang dari pola makan sehat.
Dengan pengawasan yang ketat serta pelibatan berbagai pihak, program Makan Bergizi Gratis diharapkan menjadi pilar utama dalam peningkatan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia. Program ini bukan sekadar upaya memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, tetapi juga investasi jangka panjang dalam menciptakan sumber daya manusia yang lebih sehat dan berkualitas.
Keberhasilan program ini akan menjadi langkah maju dalam memperkuat sistem gizi nasional yang berkelanjutan, serta memastikan generasi mendatang tumbuh dengan kualitas hidup yang lebih baik. Dengan dukungan pemerintah, tenaga ahli, serta partisipasi aktif masyarakat, diharapkan program ini dapat terus berkembang dan memberikan manfaat yang lebih luas bagi anak-anak Indonesia. Pemerintah juga akan terus mengevaluasi efektivitas program ini agar dapat berjalan lebih optimal dan dapat menjawab tantangan yang ada di lapangan.
)* Penulis adalah pengamat kebijakan publik