Oleh: Risyad Ali Alatas )*
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi salah satu terobosan besar yang menunjukkan keseriusan pemerintah dalam membangun sumber daya manusia (SDM) unggul sejak usia dini. Di tengah tantangan global yang kian kompleks, masa depan Indonesia sangat ditentukan oleh kualitas generasi mudanya. Melalui program ini, pemerintah berupaya memastikan bahwa setiap anak Indonesia, tanpa memandang latar belakang ekonomi, memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh sehat, cerdas, dan berdaya saing tinggi.
Langkah ini bukan sekadar kebijakan populis, melainkan investasi jangka panjang yang menyentuh akar persoalan pembangunan manusia. Sebab, kualitas gizi pada masa tumbuh kembang anak menjadi pondasi utama bagi terbentuknya generasi produktif. Dalam konteks ini, MBG bukan hanya memberikan makanan bergizi, tetapi juga menyemai harapan baru bagi kemajuan bangsa.
Anggota Komisi IX DPR RI, Irma Suryani, menilai bahwa MBG merupakan bentuk perhatian serius pemerintah terhadap masa depan bangsa. Menurutnya, program ini bukan sekadar soal penyediaan makanan bagi anak sekolah, tetapi merupakan langkah strategis untuk meletakkan dasar pembangunan manusia yang kokoh. Ia menegaskan bahwa gizi adalah pondasi utama bagi lahirnya generasi yang sehat, cerdas, dan berdaya saing.
Pandangan tersebut sejalan dengan visi besar pemerintah dalam mencetak generasi emas Indonesia 2045. Anak-anak yang mendapatkan asupan gizi seimbang di masa pertumbuhan akan tumbuh menjadi individu yang kuat secara fisik, cerdas secara intelektual, serta matang secara emosional dan sosial. Dalam jangka panjang, hal ini akan menciptakan ekosistem sumber daya manusia yang kompetitif dan siap menghadapi persaingan global.
Di sisi lain, program MBG juga mencerminkan semangat keadilan sosial sebagaimana termaktub dalam sila kelima Pancasila. Pemerintah berusaha memastikan tidak ada anak Indonesia yang tertinggal hanya karena keterbatasan ekonomi keluarga. Dengan MBG, setiap anak di pelosok negeri memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh sehat dan belajar optimal.
Anggota DPRD Kutai Kartanegara, Abdul Rasyid, menilai bahwa MBG bukan semata agenda sosial, melainkan bentuk nyata investasi jangka panjang dalam pembangunan sumber daya manusia. Menurutnya, kualitas generasi muda sangat ditentukan oleh asupan gizi yang mereka peroleh sejak dini. Dalam hal ini, Anak-anak dengan gizi seimbang memiliki daya tahan tubuh lebih baik, kemampuan berpikir yang tajam, dan semangat belajar yang tinggi.
Pernyataan Abdul Rasyid menegaskan pentingnya melihat MBG dalam perspektif pembangunan berkelanjutan. Ketika anak-anak tumbuh dengan kondisi fisik dan mental yang prima, mereka akan lebih siap mengisi sektor-sektor strategis di masa depan. Program ini pada dasarnya merupakan fondasi awal untuk mencetak tenaga kerja produktif, inovatif, dan adaptif terhadap perubahan zaman.
Lebih jauh, kebijakan MBG juga memiliki dimensi ekonomi lokal yang tidak bisa diabaikan. Program ini mendorong keterlibatan petani, peternak, dan pelaku UMKM dalam penyediaan bahan pangan bergizi. Dengan demikian, MBG tidak hanya berdampak pada peningkatan kualitas gizi anak-anak, tetapi juga menggerakkan ekonomi rakyat di berbagai daerah. Ini menunjukkan bahwa kebijakan tersebut memiliki nilai multiplikatif atau menyehatkan anak bangsa sekaligus menumbuhkan ekonomi lokal.
Dari sisi kesehatan masyarakat, dr. Nurhayati M. Rasyid, Sp.G.K, menilai MBG sebagai langkah strategis pemerintah dalam membentuk generasi emas Indonesia 2045. Ia menjelaskan bahwa kualitas gizi yang baik berperan penting dalam menurunkan angka stunting dan meningkatkan kecerdasan anak. Dengan penerapan yang terukur dan konsisten, program MBG akan menjadi tonggak penting dalam mencetak generasi sehat dan berdaya saing.
Menurutnya, ke depan pelaksanaan program ini perlu terus disempurnakan agar benar-benar efektif dalam mencapai tujuannya. Mulai dari pengawasan kualitas menu, pemanfaatan bahan pangan lokal, hingga edukasi gizi kepada orang tua dan masyarakat luas. Dengan begitu, MBG tidak hanya berhenti pada penyediaan makanan, tetapi juga menjadi gerakan nasional yang membangun kesadaran kolektif akan pentingnya gizi seimbang.
Program MBG juga membawa pesan moral yang kuat: bahwa negara hadir untuk memastikan tumbuh kembang generasi penerus bangsa. Di tengah beragam tantangan sosial dan ekonomi, MBG menjadi simbol kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat dalam mewujudkan cita-cita Indonesia Emas.
Jika pelaksanaannya konsisten dan terus dievaluasi secara berkala, MBG berpotensi menjadi program unggulan yang mengubah wajah pembangunan manusia Indonesia. Ia bukan sekadar kebijakan di atas kertas, tetapi langkah nyata yang dapat dirasakan langsung oleh rakyat, terutama oleh anak-anak yang kini menjadi tumpuan masa depan bangsa.
Sebagai pemerhati kepemudaan lintas suku dan agama, saya melihat program ini memiliki makna yang lebih luas dari sekadar isu gizi. MBG menyatukan semangat gotong royong, kepedulian, dan kesetaraan. Setiap anak, tanpa memandang latar belakang sosial, agama, atau etnis, memiliki hak yang sama untuk mendapatkan nutrisi yang layak. Di sinilah letak nilai kebangsaan yang sesungguhnya: membangun generasi Indonesia yang sehat dan kuat dalam kebersamaan.
Keberhasilan MBG akan menjadi cerminan keberhasilan kita sebagai bangsa dalam menyiapkan masa depan. Karena itu, dukungan seluruh elemen masyarakat sangat dibutuhkan, mulai dari dunia pendidikan, organisasi pemuda, tokoh agama, hingga pelaku usaha lokal.
Saatnya seluruh pihak terus mendukung dan mengawal program Makan Bergizi Gratis agar berjalan optimal di seluruh pelosok negeri. Dengan gizi yang baik, kita sedang membangun fondasi kokoh bagi generasi emas Indonesia, yaitu generasi yang sehat, cerdas, tangguh, dan berdaya saing tinggi di panggung dunia.
)* Pemerhati kebijakan publik